SUMENEP, JAWA TIMUR – Gempa bumi bermagnitudo M yang mengguncang Sumenep pada Selasa malam () bukan hanya peristiwa tunggal.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa wilayah ini memiliki catatan panjang sebagai zona rawan gempa merusak, membentang sejak abad ke-. Analisis ini menekankan perlunya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat Madura dan sekitarnya.
Sesar Aktif dan Ancaman Dangkal
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa episenter gempa terbaru berada di laut dengan kedalaman sangat dangkal, hanya kilometer, tepatnya kilometer tenggara Sumenep.
Menurut Daryono, gempa ini merupakan jenis tektonik kerak dangkal yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif di dasar laut. Sumbernya berasosiasi dengan perpanjangan Sesar offshore Zona Kendeng atau Madura Strait Back Arc Thrust, yang memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Guncangan terkuat dirasakan di Pulau Sapudi dengan intensitas V–VI MMI, yang menyebabkan puluhan bangunan rusak. Sementara itu, Sumenep, Pamekasan, dan Surabaya merasakan guncangan pada skala III–IV MMI. BMKG mencatat laporan sementara menunjukkan bangunan mengalami kerusakan bervariasi dari ringan, sedang, hingga berat.
Kerusakan Dipicu Struktur Bangunan Lemah
BMKG menggarisbawahi faktor yang memperparah kerusakan di Pulau Sapudi: hiposenter yang dangkal, kondisi tanah yang lunak, dan yang terpenting, struktur bangunan warga yang tidak memenuhi standar tahan gempa.
Hingga Rabu siang (), tercatat sebanyak gempa susulan telah terjadi, dengan magnitudo terbesar mencapai . Intensitas gempa susulan ini mempertegas aktivitas seismik yang masih aktif di area tersebut.
Sejarah Kelam Sumenep dalam Catatan Gempa
Daryono mengungkapkan, wilayah Sumenep dan sekitarnya telah dihantam setidaknya tujuh kali gempa merusak dalam sejarah modern dan lampau:
- Abad ke-19: Tercatat gempa merusak pada tahun , dan gempa besar Sumenep-Sapudi pada tahun , serta tahun .
- Catatan Modern:
- 11 Oktober 2018 (M ): Menewaskan tiga orang, melukai orang, dan merusak rumah.
- 13 Juni 2018 (M ): Merusak sejumlah rumah.
- 2 Maret 2019 (M ): Mengakibatkan enam rumah rusak dan satu orang terluka.
- 2 April 2019 (M ): Menyebabkan kerusakan rumah di Pulau Raas.
Catatan sejarah ini berfungsi sebagai peringatan keras bahwa wilayah ini memang rawan.
Imbauan Kesiapsiagaan dan Standar Bangunan
Menyikapi sejarah panjang kebencanaan ini, Direktorat Gempa Bumi BMKG mengimbau masyarakat di Jawa Timur agar tetap waspada terhadap potensi gempa susulan. Kesiapsiagaan menjadi kunci utama.
Masyarakat diminta untuk tidak panik, hanya mengikuti informasi resmi dari BMKG, BNPB, dan BPBD setempat. Lebih penting lagi, BMKG menekankan perlunya masyarakat memastikan bangunan tempat tinggal memenuhi standar tahan gempa untuk meminimalkan kerugian saat peristiwa serupa kembali terjadi di masa mendatang.