Jakarta– Kehadiran dan pidato Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dalam Debat Umum Sidang Majelis Umum (SMU) ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 23 September 2025, merupakan momentum penting yang menegaskan posisi strategis Indonesia di kancah global.
Analisis dari para pengamat menunjukkan bahwa PBB mengakui diplomasi konsisten Indonesia yang memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang, yang dikenal sebagai Global South. Sikap ini mencerminkan politik bebas aktif Indonesia yang mengedepankan multilateralisme, keadilan, dan perdamaian.
Emir Chairullah, seorang Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia, menekankan urgensi peran Indonesia di tengah dinamika global saat ini. “Di era yang penuh ketidakpastian dan konflik, tidak ada satu negara pun yang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Bukan zamannya lagi bergantung pada 1 atau 2 negara,” ujar Emir Chairullah kepada InfoPublik pada Senin (22/9/2025). Ia menambahkan bahwa Indonesia harus terus membuka diri dengan menjalin aliansi dengan berbagai negara, sembari tetap memperjuangkan kepentingan nasional.
Posisi Geopolitik Indonesia yang Unik
Doktor ilmu politik dan hubungan internasional lulusan University of Queensland, Australia, ini lebih lanjut menjelaskan bahwa pidato Presiden di PBB akan semakin menyoroti posisi strategis Indonesia dalam percaturan global. Sebagai bukti dari posisi ini, Emir menyoroti langkah Indonesia yang tak lama setelah Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden pada Oktober 2024, segera bergabung dengan aliansi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan). Aliansi ini kini menjadi salah satu poros kekuatan politik dan ekonomi baru yang signifikan, di samping Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Arab Teluk.
Namun, di sisi lain, Indonesia juga secara aktif memproses aksesi keanggotaan di Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). OECD adalah forum yang didirikan oleh negara-negara maju dengan kriteria keanggotaan yang ketat, termasuk tingkat PDB tertentu, pendapatan per kapita tinggi, tata kelola pemerintahan yang baik dan transparan, serta indeks pembangunan manusia yang tinggi. “Indonesia disambut baik di kedua aliansi ini. Tekanan AS tidak menyurutkan posisi kita di BRICS,” jelas Emir, menegaskan kemampuan Indonesia untuk menavigasi kompleksitas geopolitik tanpa terikat pada satu blok kekuatan.
Suara untuk Palestina dan Tata Kelola Global yang Adil
Salah satu harapan utama Emir Chairullah adalah agar isi pidato Presiden Prabowo secara tegas menyampaikan kedaulatan Palestina dan menyerukan penghentian agresi Israel ke Gaza serta wilayah sekitarnya. Pesan ini penting untuk memperkuat negara-negara besar seperti Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, dan Australia — yang mendukung Palestina — agar menekan Amerika Serikat untuk tidak lagi memveto keputusan gencatan senjata antara Palestina dan Israel. Ini termasuk mendukung Deklarasi New York Majelis Umum PBB 12 September 2025 tentang Two State Solution bagi kedaulatan bangsa Palestina, yang telah didukung oleh 142 negara.
Bagi Emir Chairullah, semangat keadilan, kerja sama multilateral, dan perdamaian inilah yang ingin disampaikan Presiden Prabowo dalam pidatonya. Indonesia, sebagai pemimpin Global South, berkomitmen untuk menyuarakan agenda reformasi tata kelola dunia agar lebih adil dan inklusif.
Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan menjadi pembicara ketiga setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kehadiran ini merupakan agenda utama dalam rangkaian kunjungan kerja Presiden ke Amerika Serikat, yang sekaligus mempertegas komitmen Indonesia terhadap perdamaian, kerja sama internasional, serta pembangunan yang berkeadilan bagi semua negara, khususnya negara-negara berkembang.