<strong>POLICELINE.id–</strong> Rabu, 30 Juli 2025, menjadi hari kelam bagi pesisir Pasifik Rusia dan sejumlah wilayah Jepang. Gempa bumi dahsyat berkekuatan Magnitudo 8,7 yang mengguncang dekat Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada pukul 08.25 waktu setempat, memicu gelombang tsunami raksasa yang menerjang daratan, mengulang mimpi buruk bencana alam di Lingkar Api Pasifik.
Data dari Survei Geologi AS (USGS) mengonfirmasi bahwa gempa terjadi pada kedalaman relatif dangkal, yakni 19,3 kilometer, faktor yang secara signifikan meningkatkan potensi terjadinya tsunami besar. Guncangan kuat ini tak butuh waktu lama untuk memicu pergerakan massa air laut, membentuk gelombang mematikan yang melesat menuju garis pantai.
<strong>Rusia Diterjang, Evakuasi Massal Dimulai</strong>
Efek langsung dan paling parah dirasakan di wilayah Rusia. Menteri Situasi Darurat Regional Kamchatka, Sergei Lebedev, melaporkan bahwa gelombang tsunami dengan ketinggian mencapai 3-4 meter telah tercatat di beberapa bagian Semenanjung Kamchatka. Melalui video yang diunggah di media sosial, Lebedev dengan tegas menginstruksikan seluruh warga untuk segera menjauh dari area pesisir. “Semua orang harus menjauh dari puncak air,” serunya, menekankan urgensi evakuasi.
Kepanikan melanda saat tsunami juga dilaporkan menerjang Kepulauan Kuril Rusia. Kondisi ini mendorong evakuasi penduduk secara masif dari kota pesisir Severo-Kurilsk di wilayah Sakhalin. Gubernur Wilayah Sakhalin, Valery Limarenko, mengonfirmasi situasi darurat tersebut. “Warga tetap aman di dataran tinggi hingga ancaman tsunami sepenuhnya berakhir,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa layanan darurat beroperasi dalam mode siaga tinggi untuk memastikan keselamatan publik dan memulihkan kehidupan normal.
<strong>Jepang Ikut Terkena Dampak: Trauma 2011 Menghantui</strong>
Meskipun secara geografis pusat gempa berada di teritori Rusia, jaraknya yang hanya 160 mil dari Hokkaido, pulau paling utara dari empat pulau besar di Jepang, membuat Negeri Sakura turut merasakan dampaknya. Gelombang tsunami pertama dilaporkan menghantam Pelabuhan Nemuro-Hanasaki di Hokkaido dengan ketinggian sekitar 30 cm. Angka ini, meskipun tampak kecil, telah cukup untuk memicu peringatan tsunami serius di seluruh garis pantai Jepang.
Mengingat sejarah kelam tsunami Tohoku 2011, otoritas Jepang langsung bertindak sigap. Warga di Kamaishi, Prefektur Iwate, dan Ishinomaki, Prefektur Miyagi—dua kota yang hancur parah akibat tsunami empat belas tahun lalu—segera dievakuasi ke tempat-tempat aman di dataran tinggi. Ironisnya, lokasi-lokasi pengungsian tersebut adalah tempat yang sama yang pernah digunakan oleh para korban bencana 2011.
Kepala Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, memberikan peringatan keras kepada publik. “Warga di dekat pantai harus segera mengungsi ke dataran tinggi atau bangunan aman di area yang tercakup dalam peringatan tsunami, dari Hokkaido hingga Prefektur Wakayama (ratusan kilometer ke selatan),” tegasnya. Hayashi juga menyampaikan peringatan krusial yang sering kali terabaikan: “Harap diperhatikan bahwa setelah gelombang pertama, gelombang tsunami kedua dan ketiga dapat lebih tinggi lagi.” Pernyataan ini menggarisbawahi potensi bahaya susulan yang bisa lebih mematikan.
Detik-detik teror saat gelombang tsunami menerjang pesisir Rusia dan Jepang pasca-gempa M 8,7 Kamchatka sungguh mengerikan. Insiden ini sekali lagi menjadi pengingat pahit akan kekuatan alam yang tak terduga dan urgensi kesiapsiagaan bencana di wilayah rawan gempa dan tsunami. Tim investigasi dan mitigasi bencana kini bekerja keras untuk menilai skala penuh kerusakan dan memastikan langkah-langkah preventif yang lebih baik di masa depan.