WWW.POLICELINE.ID
Politik

Said Abdullah Soal Ucapan “Kakak-Adik” Prabowo

Avatar photo
225
×

Said Abdullah Soal Ucapan “Kakak-Adik” Prabowo

Sebarkan artikel ini

News Editor: Ferry Arbania

Sumenep, POLICELINE.id- JAKARTA – Hubungan politik di Indonesia memang selalu menarik untuk dibedah. Kali ini, pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut relasinya dengan PDI Perjuangan layaknya “kakak dan adik” memantik beragam tafsir. Namun, MH Said Abdullah, Ketua DPP PDI Perjuangan sekaligus Ketua Badan Anggaran DPR RI, buru-buru meluruskan persepsi, menegaskan bahwa ungkapan itu adalah cerminan ketulusan, bukan sinyal politik apalagi ajakan merapat ke pemerintahan.

Lebih dari Sahabat, Bukan Kode Politik
Bagi Said Abdullah, pernyataan Prabowo jauh melampaui makna persahabatan biasa. “Pernyataan Presiden itu melebihi dari arti seorang sahabat. Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Presiden Prabowo,” ujar Said kepada wartawan di Jakarta, Senin (28/7/2025). Pujian ini menunjukkan adanya pengakuan atas niat baik yang tulus dari seorang kepala negara.

Namun, Said juga mewanti-wanti publik agar tidak terburu-buru menafsirkan ucapan tersebut sebagai manuver politik. Menurutnya, pernyataan “kakak dan adik” harus dimaknai sebagai komitmen Prabowo dalam merawat dan menjaga persatuan bangsa. Ini adalah sebuah modal dasar yang tak ternilai dalam membangun stabilitas nasional.

“Jangan dimaknai apa yang disampaikan presiden itu sebagai kode, bahwa presiden mengajak atau PDI Perjuangan akan masuk pemerintahan. Sebagai bangsa, ini adalah modal dasar persatuan kita,” tegas Said, mencoba mengembalikan perbincangan pada esensi kebangsaan.

Melawan Nalar Transaksional dalam Politik
Said Abdullah juga menyoroti kecenderungan yang mengakar dalam benak publik dan elite politik: menilai setiap relasi dan gestur politik secara transaksional. Menurutnya, inilah “problem kita.”

“Kita selalu cara pandangnya transaksional. Presiden dengan tulus menyampaikan ‘kakak beradik’, langsung dimaknai PDI Perjuangan akan masuk atau presiden mengajak. Tidak boleh seperti itu,” kritiknya. Ia berpendapat bahwa pola pikir transaksional ini justru menjadi hambatan serius dalam membangun demokrasi yang sehat, di mana tulusnya niat untuk persatuan selalu dicurigai sebagai manuver untuk kekuasaan.

PDI Perjuangan: Belum Ada Sinyal, Belum Ada Kewenangan
Ketika didesak mengenai posisi PDI Perjuangan ke depan—apakah akan tetap di luar pemerintahan atau bergabung—Said memilih untuk tidak memberikan jawaban pasti. Ia menekankan bahwa dirinya tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan hal tersebut.

Lebih lanjut, ia memastikan bahwa hingga saat ini, belum ada tanda-tanda politik, baik dari Presiden Prabowo maupun dari internal PDI Perjuangan sendiri, terkait arah koalisi. “Pertama, saya tidak punya kewenangan soal itu. Kedua, memang tidak ada tanda-tanda, baik dari Presiden maupun internal PDI Perjuangan sendiri,” pungkasnya.

Dengan demikian, pernyataan “kakak dan adik” dari Prabowo Subianto, setidaknya menurut Said Abdullah, adalah sebuah deklarasi persatuan yang tulus, jauh dari urusan tawar-menawar politik koalisi. Sebuah narasi yang unik di tengah hiruk-pikuk spekulasi politik pasca-pemilu. Apakah publik akan menerima tafsir ini, ataukah dugaan transaksional tetap membayangi? Waktu yang akan menjawab.

---Police News---
----

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

_________________________________