POLICELINE.ID– Inilah sosok Hasan Busri dan Wardi, dua kakak beradik pelaku carok massal di Tanjungbumi, Bangkalan, Madura.
Hasan Busri merupakan pesilat yang ilmunya ia peroleh saat merantau di Kalimantan.
Semenatara Wardi adalah adik Hasan Busri yang membantunya saat terlibat carok massal tersebut.
Keduanya kakak beradik, warga Desa Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura.
Hasan Busri dan Wardi terlibat carok massal 2 vs 10 yang berujung 4 tewas, 5 kabur dan 1 disuruh pulang.
Ya, ternyata carok massal yang dilakukan Hasan Busri dan Wardi bukan 2 vs 4, melainkan 2 vs 10.
Dari 10 orang tersebut, 4 lawannya tewas, 5 lainnya kabur, sementara satunya disuruh pulang.
Adapun Hasan Busri dan Wardi tak mengalami luka apapun.
Fakta ini diungkap pelaku carok Madura Hasan Busri dan Wardi.
Tragedi carok berdarah ini menewaskan 4 korban, di Desa Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Jawa Timur.
Mereka tewas setelah melawan kakak beradik Hasan Busri dan Wardi.
4 korban carok itu adalah Mat Tanjar, Mat Terdam, Najehri dan Hafid.
Berdasarkan pengakuan Hasan Busri dan Wardi, saat itu ada 10 orang yang ada di TKP.
“Kurang lebih 10 yang ada, tapi yang masuk 5,” kata Wardi di hadapan polisi.
Sementara 5 orang lainnya menurut Wardi, kabur saat ia dan Hasan Busri datang membawa celurit.
“Yang lainnya kabur,” kata dia.
Dari 4 yang tewas, menurut mereka sebenarnya ada 5 orang yang melawan kakak beradik itu.
Namun satu orang lainnya berhasil lolos dari maut.
Hal itu karena Hasan Busri meminta orang tersebut untuk pulang.
“Jadi disuruh pulang sama dia,” kata Kapolres Bangkalan, AKBP Febri Isman Jaya.
Hasan menuturkan, saat itu dirinya ditantang duel oleh korban Mat Tanjar.
“Kata dia jangan berani-berani nyapa saya,” ungkap Hasan.
Kemudian menurut dia, Mat Tanjar turun dari motor dan memuluk Hasan Busri.
“Mat Terjam mukul saya, adeknya ngeluarin celurit, saya pegang celuritnya,” kata dia lagi.
Menurutnya saat itu Mat Tanjar dan Mat Terdam menghampiri dia sambil berboncengan.
Setelah itu Hasan Busri pun disuruh pulang oleh Mat Tanjar untuk mengambil celurit.
Tantangan itu pun ditanggapi oleh Hasan yang kemudian mengajak adiknya, Wardi.
Keduanya berkelahi menggunakan celurit dengan 5 orang termasuk Mat Tanjar dan Mat Tendar.
Akibat perkelahian itu, 4 orang tewas sementara Hasan dan Wardi tidak mengalami luka sama sekali.
Kronologi
Carok massal di Desa Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura, terjadi pada Jumat (12/1/2024).
Akibat carok di Bangkalan itu, empat orang tewas, tiga di antaranya tewas di lokasi kejadian.
Sementara seorang korban lainnya menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan ke Puskesmas Tanjung Bumi.
Empat korban meninggal dunia adalah MTD asal Desa Larangan, MTJ asal Desa Larangan, NJR Asal Desa Larangan, dan MHF awal Desa Banyuanyar Bangkalan.
Disebutkan bahwa MTD dan MTJ adalah kakak beradik.
Sebelum kejadian, HB mengaku sempat meminta izin orang tuanya dan mendapat larangan untuk pergi ke tempat kejadian perkara (TKP).
Malam itu, HB dan WD terlibat perkelahian bersenjata tajam jenis celurit atau yang dikenal dengan sebutan carok.
HB sempat mengakatan pada orang tuanya mempunyai masalah.
“Orang tua tidak tahu saya berhadapan dengan siapa, saya hanya bilang punya masalah. Ibu melarang saya (kembali ke TKP),” ungkap tersangka HB di hadapan Kapolres Bangkalan, AKBP Febri Isman Jaya, Minggu (14/1/2024).
Namun, tersangka HB yang mengaku pernah belajar silat saat merantau di Kalimantan, tetap bersikukuh kembali ke TKP terjadinya cekcok dengan korban MTJ.
Berbekal masing-masing satu buah celurit, kakak beradik itu tiba di TKP.
Sebelumnya, MTJ memang menantang duel.
“Kone’eh gemanah kakeh (ambil senjatamu),” kenang HB menirukan tantangan MTJ.
Korban MTJ disebut tersangka HB, sebagai pelatih silat dan penjaga tambak.
Di tengah peristiwa cekcok, tersangka HB sempat menerima beberapa pukulan dari korban MTJ.
Sementara adik korban, MTD disebut tersangka mengeluarkan sebilah celurit.
“Jek ngal-bengal nyapah engkok (kok beraninya menyapa saya),” tutur tersangka HB menirukan perkataan korban MTJ.
Tersangka HB mengaku dalam keseharian tidak mengenal korban, hanya sebatas tahu sosok korban MTJ.
Sementara korban MHF diakui tersangka masih keluarga jauh.
“Ketika (celurit) saya patah, saya ambil punya MTJ yang tubuhnya sudah ambruk, lanjut (carok) dengan yang lain,” pungkas tersangka HB.
Patahan gagang celurit milik HB dijadikan salah satu barang bukti dari peristiwa carok itu.
Polisi juga menyita satu buah celurit tanpa selongsong yang masih terdapat bercak darah, kemudian satu buah celurit beserta selongsongnya, serta pisau lengkap dengan selongsong, dan satu buah jaket berbahan jeans milik tersangka HB.
Sementara tersangka WD mengaku bahwa dirinya bertemu dengan kakaknya, HB ketika hendak mengambil celurit.
Tanpa berpikir panjang, ia langsung tancap gas membonceng HB menuju TKP cekcok dengan korban MTJ.
Usai carok selesai, tubuh kedua kakak beradik itu tidak mengalami luka.
Kapolres Bangkalan, AKBP Febri Isman Jaya mengatakan, sebelum peristiwa carok pecah, pelaku sempat terlibat cekcok karena ditegur oleh korban saat mengendarai sepeda motor, karena dianggap laju motor terlalu kencang dan sorot lampu mengenai mata korban.
“Pelaku ditantang korban dengan kalimat, ‘kalau kamu berani pulanglah ambil senjata.’ Ternyata pelaku meladeni dan pulang ambil dua buah celurit, di tengah perjalanan bertemu saudaranya dan mengajak ke TKP,” ungkap AKBP Febri Isman Jaya di hadapan awak media.
Saat mengambil dua buah celurit itulah, lanjut AKBP Febri Isman Jaya, tersangka HB juga sempat meminta izin kepada orang tua namun dilarang.
“Sebenarnya orang tua melarang, tidak usah pergi. Tetapi pelaku tetap memaksa untuk kembali ke TKP,” pungkas AKBP Febri Isman Jaya.
Dikutip dari Kompas.com, carok merupakan pertarungan antara orang Madura menggunakan celurit yang dilakukan untuk memulihkan harga dirinya yang dilecehkan.
Carok tidak dibenarkan karena dapat membunuh orang yang menjalaninya.
Namun, carok menjadi tradisi bahkan dibuat massal dan menewaskan banyak korban.
Kronologi dan penyebabnya versi polisi
Kapolres Bangkalan AKBP Febri Isman Jaya menjelaskan, tragedi carok di Bangkalan terjadi karena ada perselisihan di jalan.
Febri menjelaskan, kejadian berawal saat terjadi perselisihan karena lampu sorot motor mengenai mata salah satu korban.
“Terus ditegur di saat laju motor terlalu kencang saat melintas. Untuk kedua pelaku saat ini sudah kami amankan di polres,” ungkap Febri di Mapolres Bangkalan, dalam rilis resminya Sabtu (13/01/2024).
Dia menjelaskan, cekcok terjadi terjadi di pinggir jalan raya ketika HB (40) hendak berangkat menuju lokasi tahlilan tetangganya di Desa Bumianyar setelah shalat Maghrib.
Saat itu, HB sedang duduk di depan pos ronda.
Tiba-tiba, MT dan MR lewat berboncengan mengendarai sepeda motor dengan kencang.
Keduanya pun ditegur oleh HB.
Karena ditegur, MR menghentikan sepeda motornya.
Dia menghampiri HB sambil membentak karena tidak terima ditegur.
Cekcok antara HB dan MR bertambah parah dan menyebabkan terjadi tindak pemukulan kepada HB.
Insiden itu berlokasi di Juk Korong yang berada di antara Jalan Raya Tanjungbumi dan Pantai Indah Tanjungbumi, Desa Bumianyar.
“Adu mulut ketiga orang itu terjadi. Kemudian berlanjut ke adu pukul. MR memegang tubuh HB agar tidak bergerak. Sedangkan MT memukuli HB,” lanjut Febri, diberitakan Kompas.com (13/1/2024).
HB yang kalah dalam adu pukul kemudian pulang.
Namun, dia berpesan agar MT dan MR tidak meninggalkan lokasi.
HB berjanji akan kembali menemui keduanya.
Saat HB berada di tengah perjalanan pulang, dia bertemu dengan adiknya MN (35).
Dia mengadu baru saja dipukuli dua orang.
Keduanya lalu pulang untuk mengambil celurit.
Sementara itu, MT dan MR masih menunggu di lokasi pemukulan sebelumnya.
Mereka ditemani dua orang lain, yakni NJ dan H.
“Enam orang itu bertemu di lokasi pemukulan tadi. HB kemudian berduel dengan keempat lawannya. MN juga ikut duel membantu kakaknya,” tambah Febri.
Nahas, keempat lawan HB dan MN terkapar dengan luka bacok di beberapa bagian tubuhnya.
Mereka ditemukan sudah dalam kondisi tak bernyawa.
Polisi yang kemudian tiba di lokasi kejadian di di Desa Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan segera mengamankan HB dan MN.
“Kedua pelaku yang masih hidup, sudah kami periksa,” ungkap Febri.
Keduanya lalu ditahan di ruang tahanan Polres Bangkalan untuk pendalaman motif tindakan yang dilakukan. Carok di Bangkalan juga menjadi perhatian Polda Jatim.
Tim dari Subdirektorat Jatanras Polda Jatim diberangkatkan untuk membantu penyelidikan kasus ini.
”Kasus itu dalam penyelidikan dibantu Polda Jatim,” terang Febri, dikutip dari Kompas.id (13/1/2024).
Sementara itu, Febri memastikan bahwa kondisi di sana masih kondusif dan cukup aman. Tidak ada warga antardewa yang melakukan aksi balas dendam.
Di sisi lain, jenazah keempat korban dibawa ke rumah sakit untuk menjalani otopsi lebih lanjut. Jenazah empat korban telah dievakuasi dari lokasi pertarungan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu) di Bangkalan.
“Saat ini, empat korban meninggal tengah dilakukan otopsi dari Jumat tengah malam kemarin (12/01/2024) hingga pagi ini di RSUD Syamrabu,” jelas Febri. Identitas korban juga telah berhasil diidentifikasi.
MT dan MR merupakan kakak-adik yang tinggal di Desa Larangan, Kecamatan Tanjungbumi, Bangkalan.
NJR juga berasal dari Desa Larangan, sementara HFD dari Desa Banyuanyar.
Para korban meninggal dunia telah dipulangkan ke rumah duka masing-masing dari RSUD Syamradu setelah dilakukan otopsi oleh pihak rumah sakit.
Petugas di Polres Bangkalan berupaya mencegah kemungkinan adanya carok susulan antarwarga dari kelompok-kelompok yang terlibat.
“Sejak kejadian hingga malam ini personel kami masih berjaga-jaga mengantisipasi kemungkinan adanya carok susulan,” imbu Febri, dilansir dari Antara (14/1/2024). (Tribun Jatim/ Tribun Bogor/ Kompas.com/ Bangkapos.com / Dedy Qurniawan)